Cerita Candi Bajang Ratu

Trowulan sebagai tempat pusat Kerajaan Majapahit memiliki banyak kisah didalamnya, kisah-kisah itu tertuang dengan rapi dan utuh dalam berbagai peninggalan yang ditinggalkan, salah satunya adalah Candi Bajang Ratu.

Nama Bajang Ratu sendiri diambil dari Bahasa Jawa  yaitu bujang  (bajang). Ketika penobatan Raja Jayanegara, beliau masih muda. Nama ratu  memiliki arti cacat. Pada masa kecil, Raja Jayanegara pernah terjatuh di gapura ini, yang menyebabkan adanya cacat pada tubuhnya. Sehingga akhirnya diberi nama Banjang Ratu yang memiliki arti Raja Cacat.

???????????????????????????????

Candi Bajang Ratu tampak depan

 

Bajang ratu  atau yang juga biasa disebut sebagai Gapura Bajang Ratu merupakan salah satu candi diantara banyak candi lainnya yang menjadi peninggalan Kerajaan Majapahit, candi ini dibangun pada abad ke-14. Candi ini pada mulanya memiliki fungsi sebagai bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang dalam Negarakertagama disebut kembali kedunia wisnu. Namun sebenarnya sebelum wafatnya Raja Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu belakang kerajaan. Dugaan ini didukung adanya relief  Sri Tanjung dan sayap gapura yang melambangkan pelepasan dan sampai sekarang di daerah Trowulan, sudah menjadi suatu kebudayaan jika berziarah  diharuskan lewat pintu belakang.

???????????????????????????????

Candi Bajang Ratu tampak samping

Candi yang kini kurang lebih sejauh 2 km dari pusat kanal perairan Majapahit di 500 m sebelah selatan candi tikus lebih tepatnya berada di Dusun Kraton, Desa Temon. Candi Bajang Ratu pernah dipugar dalam rangka pelestarian dan diresmikan pada tahun 1992 oleh Dirjen Kebudayaan departemen pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia.

 

Untuk dapat memasuki kawasan candi ini memang tidak menggunakan tiket resmi ,namun diminta biaya seadanya.  Setiap pengunjung yang hadir diminta untuk mengisi daftar hadir pengunjung di pos pendaftaran. Tarif parkir sebesar Rp 2000,00 .  Untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu, pengunjung harus berkendara sejauh 200 meter dari jalan raya Mojokerto – Jombang, kemudian setelah sampai di perempatan Dukuh Nglikuk, menuju arah timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Kendaraan yang digunakan untuk menuju candi ini bisa bervariasi seperti mobil atau sepeda motor.

 

 

Penulis                   : Weka Nastiti Prana Yuanti

Pengambil Gambar : Faris Rahmat

Sumber Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Gapura_Bajang_Ratu

2 responses to “Cerita Candi Bajang Ratu

Ayo komentar....